Cari Blog Ini

Sabtu, 12 Februari 2011

Perubahan iklim dan Widyaiswara

PERAN WIDYAISWARA DALAM PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Oleh : Syamsi Hadi, SKM, M.Kes, MBA

A.     Pendahuluan
Dahulu, semua perubahan iklim berjalan secara alami. Tetapi sejak adanya Revolusi Industri, manusia mulai mengubah iklim dan lingkungan tempatnya hidup melalui tindakan-tindakan agrikultural dan industri. Sejak Revolusi Industri manusia mulai menggunakan mesin untuk mempermudah hidupnya.. Sebelumnya, manusia hanya melepas sedikit gas ke atmosfir, namun saat ini ditambah dengan pertumbuhan penduduk, penggunaan mesin seperti mobil, pabrik pembangkit listrik dan mesin lainnya yang mengeluarkan gas CO2 bertambah pesat. Kondisi ini diperparah dengan penebangan hutan untuk perkebunan, perluasan wilayah pemukiman, maupun penebangan yang bertujuan untuk mengambil hasil hutan berupa kayu. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan komposisi gas di atmosfir yang menimbulkan efek “rumah kaca” yang akhirnya menyebabkan terjadinya Pemanasan Global, yang kemudian menyebabkan perubahan dalam iklim.
Bumi yang lebih panas dapat menyebabkan perubahan siklus hujan, kenaikkan permukaan air laut, dan beragam dampak pada tanaman, kehidupan satwa liar, dan manusia. Itulah sebabnya akhir – akhir ini kita sering menyaksikan tayangan di media cetak maupun televisi tentang bencana alam seperti tanah longsor, banjir dan cuaca ekstrim berupa musim hujan atau musim panas yang berkepanjangan dan lainnya.  
Pertanyaan selanjutnya yang perlu dicermati adalah bagaimana Bencana yang disebabkan efek rumah kaca tersebut akhir – akhir ini dan kecenderungannya pada masa datang ? Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak 2006 hingga 2010 menunjukkan kecenderungan jumlah kejadian bencana yang mengakibatkan kematian semakin banyak, pada 2010 memang turun menjadi 498 kejadian, dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 1.302 kejadian. Namun, kualitas bencana meningkat karena jumlah korban tewas naik dari 470 jiwa pada 2009 menjadi 1.807 jiwa pada 2010. (Kompas, 19 November 2010).
Forum Keilmuan Pemanasan Global PBB memproyeksikan bahwa tebal es yang meng-cover Greenland hanya akan mencair tipis sepanjang abad 21. Namun sebuah studi yang dipublikasikan pada tangga; 21 September 2009, pada jurnal mingguan Inggris, Nature, menunjukkan bahwa angka rata-rata kehilangan es Greenland meningkat 250 persen antara Mei 2008 dan April 2009 dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya antara April 2007 dan April 2008. Es kini hilang sekitar 249 kubik km (59,5 cu miles) per tahun - ekivalen dengan peningkatan permukaan laut global sekitar 0,5 mm (0,02 inchi) per tahun.
Berdasarkan hasil studi tersebut dapat diprediksi Kejadian bencana pada masa datang tergantung pada bagaimana upaya perbaikan kualitas lingkungan yang dapat menurunkan efek rumah kaca tersebut.

B.     Permasalahan
Perubahan iklim global tersebut merupakan malapetaka yang lebih dahsyat pada masa mendatang, jika perubahan iklim tidak segera diatasi! sebagian dari akibat pemanasan global ini - yaitu dengan mencairnya tudung es di kutub, meningkatnya suhu lautan, kekeringan yang berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir besar-besaran, coral bleaching dan gelombang badai besar.
Siapa yang akan terkena dampak paling besar dari efek rumah kaca tersebut? tidak lain penduduk yang bermukim di Wilayah pesisir pantai, Wilayah kepulauan, dan daerah yang kurang berkembang seperti Indonesia dan termasuk kita yang berada di Jawa Tengah yang padat penduduk.
Permasalahannya apa yang dapat kita lakukan dan apa peran kita, termasuk Widyaiswara yang mempunyai tugas pokok dan fungsi mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS pada unit Diklat instansi masing-masing serta melaksanakan kegiatan pengembangan profesi, termasuk didalammya melakukan penelitian.


C.    Beberapa penyebab perubahan iklim
Bumi telah menjadi lebih panas sebagian karena efek rumah kaca yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah gas-gas rumah kaca (GRK) di atmosfir yang menyebabkan energi panas yang seharusnya dilepas ke luar atmosfir bumi dipantulkan kembali ke permukaan dan menyebabkan temperatur permukaan bumi menjadi lebih panas. Ada beberapa Gas Rumah Kaca (GRK). Yang termasuk diantaranya adalah : Karbon Dioksida (CO2), Nitro-Oksida (NO2), dan Metana (CH4). Dan celakanya gas tersebut diproduksi akibat aktivitas manusia seperti Nonton TV, Memasang AC, Menyalakan Lampu, Menggunakan Pengering Rambut, Mengendarai Mobil, Bermain Video Game, Menyalakan Radio, Mencuci atau Mengeringkan Pakaian dengan Mesin, Menggunakan Microwave / Oven dan aktivitas lainnya yang memproduksi GRK. Apalagi produksi GRK tersebut berbanding terbalik dengan perambahan hutan, yang selama ini dikenal sebagai netralisator GRK.

D.    Upaya penanggulangan
Pada umumnya permasalahan yang terjadi dapat diatasi dengan cara-cara sebagai berikut:
1.      Menerapkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan seperti mengendalian emisi gas buangan kendaraan dan pabrik, menggunakan AC non CFC, dan mengurangi penggunaan alat elektronik lainnya yang memproduksi GRK, dan pengelolaan sumber daya alam baik yang dapat maupun yang tidak dapat diperbaharui dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampungnya.
2.      Mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan sumber daya alam melaluo penegakan hukum secara adil, konsisten dan tegas.
3.      Memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
4.      Penetapan konservasi yang baru dengan memelihara keragaman konservasi yang sudah ada sebelumnya.
5.      Mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan perubahan iklim global.
Untuk itu pemerintah telah pula mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2008 tentang Dewan Nasional Perubahan Iklim yang bertugas mulai dari merumuskan kekijakan nasional, strategi, program dan kegiatan pengendalian perubahan iklim; mengkoordinasikan kegiatan dalam pelaksanaan tugas pengendalian perubahan iklim yang meliputi kegiatan adaptasi, mitigasi, alih teknologi dan pendanaan; melaksanakan pemantauan dan evaluasi implementasi kebijakan, tentang pengendalian perubahan iklim.
Dengan demikian diharapkan melalui Dewan Nasional Perubahan Iklim ini terciptanya koordinasi upaya penurunan efek rumah kaca, yang melibatkan semua unsur yang terkait baik pemerintah, swasta dan masyarakat. Termasuk Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah yang didalamnya terdapat Widyaiswara.

E.     Peran Widyaiswara
1.      Widyaiswara sebagai pendidik (Pelatih)
a.      Penyebarluas Informasi
Widyaiswara yang sehari – harinya bertugas sebagai pendidik / pelatih selalu berhadapan dengan peserta latih mulai dari Calon Pegawai Negeri, Pejabat Eselon IV hingga Eselon II, dalam penanggulangan perubahan iklim mempunyai peran yang strategis. Melalui kegiatan proses pembelajaran Widyaiswara dapat menyampaikan pesan – pesan tentang upaya penanggulanan perubahan dalam bentuk materi diklat, maupun topik diskusi tentang :
1)     penggunaan teknologi yang ramah lingkungan seperti mengendalian emisi gas buangan kendaraan dan pabrik, menggunakan AC non CFC, dan mengurangi penggunaan alat elektronik lainnya yang memproduksi GRK, dan pengelolaan sumber daya alam baik yang dapat maupun yang tidak dapat diperbaharui dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung alam
2)     pencemaran lingkungan dan kerusakan sumber daya alam
3)     Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara rasional dan berwawasan kedepan
4)     Pemberdayaan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan perubahan iklim global
Melalui kegiatan ini Widyaiswara dapat menambah pengetahuan, mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku peserta diklat dalam ikut menanggulangi perubahan iklim. Bayangkan jika materi ini disampaikan pada peserta diklat Kepemimpinan Tingkat II, III dan IV, yang notabene semua pejabat eselon tersebut harus digodog di Badan Diklat, dampak penyebarluasan informasinya akan begitu cepat sampai pada instansi pemerintah di Jawa Tengah. Sehingga diharapkan akan timbul peran serta pejabat Instansi Pemerintah Daerah di Lingkungan Jawa Tengah dalam upaya penanggulangan perubahan iklim baik berupa kebijakan maupun operasionalisasi kegiatan penanggulangan iklim.
b.      Perancang diklat
Sebagai perancang diklat Widyaiswara dapat membuat rancangan diklat tentang lingkungan hidup yang bertujuan untuk mengurangi penyebab perubahan iklim, baik diklat yang bertujuan untuk penyusunan kebijakan pembangunan, maupun diklat yang bersifat operasionalisasi penanggulangan iklim
2.      Widyaiswara sebagai peneliti
Sebagai Peneliti, Widyaiswara dapat melakukan penelitian tentang perubahan iklim yang erat hubungannya dengan kebijakan pejabat pemerintah maupun kajian tentang sebab – sebab perubahan iklim yang dapat menjadi masukan dalam penyelenggaraan kepemerintahan dibifang pengelolaan lingkungan hidup.
3.      Widyaiswara sebagai Mental Model
Sebagai pendidik, Widyaiswara tidak terlepas menjadi contoh atau mental model bagi Peserta Diklat. Untuk itu perilaku Widyaiswara tentang penanggulangan perubahan iklim secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku peserta diklat, Misalnya mengurangi penggunaan listrik seperti mematikan lampu yang tidak begitu diperlukan, mematikan LCD pada saat tidak diperlukan, mematikan AC pada saat jam istirahat dan lain sebagainya,
F.     Simpulan
Perubahan iklim merupakan dampak ulah manusia yang kurang peduli terhadap lingkungan. Akibatnya akan timbul bencana alam beerupa banjir, tanah longsor, naiknya permukaan air laut musim hujan atau musim panas yang terus menerus dan lain sebagainya. Jika umat mausia tidak ingin bencana tersebut terulang dan bahkan kian dahsyat, maka manusia perlu ikut serta dalam penanggulangan perubahan iklim tersebut termasuk Widyaiswara.
Widyaiswara dapat ikut dalam penganggulangan masalah ini, sebagai pendidik / pelatih, dapat menjadi sumber informasi tentang perubahan iklim dan dapat pula sebagai perancang diklat tentang penanggulangan perubahan iklim tersebut. Sebagai peneliti Widyaiswara dapat melakukan kajian tentang perubahan iklim yang erat hubungannya dengan kebijakan pejabat pemerintah daerah; dan sebagai mental model  widyaiswara dapat sebagai contoh bagi peserta diklat dalam upaya penanggulangan perubahan iklim ini.
Jika setiap orang peduli terhadap perubahan iklim, maka ia dapat berperan sesuai dengan tugas pekerjaannya masing – masing. Semoga kita peduli terhadap masalah ini, sehingga bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim ini tiada lagi pada masa mendatang, Insya Allah.


Kamis, 27 Januari 2011

Panduan Diklat Budaya Kerja


PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT DI TEMPAT KERJA
PENGEMBANGAN BUDAYA KERJA ORGANISASI
TAHUN 2011

A.     Latar Belakang
Budaya kerja sebenarnya telah ada pada diri setiap manusia, namun untuk menkadikan budaya kerja aparatur seperti yang diharapkan, tidak dapat hanya  mengandalkan kesadaran setiap aparatur. untuk itu perlu dilakukan pengembangan budaya kerja aparatur secara teratur dan sistematis.  Oleh karena itu Menteri Penertiban Aparatur Negara (MENPAN) mengeluarkan Keputusan nomor 25 /Kep /M.Pan /4 / 2002 tentang Pedoman Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara
Namun setelah 8 tahun diterbitkan, budaya kerja aparatur masih jauh dari memadai. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah, Rustriningsih dalam acara pembukaan Forum Budaya Kerja BPKP di Solo, Jawa Tengah, Jumat 24 September 2010 yang lalu, Beliau merasa prihatin dengan banyaknya pejabat daerah yang dimejahijaukan akibat perbuatan KKN, baik karena tidak tahu maupun yang dengan sengaja mengakali anggaran. Keprihatinan juga terkait dengan ketakutan aparat birokrasi dalam melaksanakan kewajiban, sehingga dikhawatirkan justreru tidak berbuat apa-apa.”
Masalah budaya kerja aparatur lain selain masih maraknya korupsi, diantaranya : masih perlu ditingkatkannya kedisiplinan, Kinerja rendah, Prosedur tidak jelas, Lama dan berbelit belit, Pungutan liar, Tidak adil dan lain lain. Padahal Keputusan Menpan tersebut merupakan pedoman dan mekanisme dalam melaksanakan dan memantau Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara pada lingkungan instansi/lembaga masing-masing, untuk menumbuhkan dan meningkatkan semangat/etos kerja, disiplin dan tanggung jawab moral aparaturnya secara terus menerus dan konsisten, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing
Pentingnya upaya dalam membangun budaya kerja aparatur tersebut tercermin juga pada pernyataan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, EE Mangindaan. Beliau mengatakan perlunya setiap instansi pemerintah mengembangkan budaya kerja di lingkungannya masing-masing.. ”Perubahan mindset dan peningkatan budaya kerja pada dasarnya merupakan inti dari reformasi birokrasi,” ditambahkan, sebagai aparatur negara, setiap Aparatur Negara harus mengubah mindset, dari budaya dilayani menjadi budaya aparatur yang melayani.. untuk itu program budaya kerja yang dilaksanakan meliputi 6 aspek yaitu Akhlak dan Etika, Functuality, Kebersamaan dan Kesejahteraan, Organisasi Berbasis Pengetahuan, Transparansi dan Total Quality Management.
Untuk melaksanakan pengembangan budaya kerja aparatur secara sistematis dan teratur tersebut, Telah dilakukan Traing of trainer (TOT) pengembangan budaya kerja. Agar pelatihan tersebut benar – benar dapat diterapkan di organisasi peserta diklat tersebut, perlu ditindaklanjuti dengan Pelatihan Pengembangan Budaya Kerja di tempat kerja.
Melalui pelatihan ini diharapkan peserta diklat dapat menerapkan secara operasional pengembangan budaya kerja di organisasinya, karena selain masalah budaya yang diangkat adalah masalah yang digali dari keadaan nyata diorganisasinya, diklat ini juga melibatkan semua lini organisasi sehingga diharapkan dapat lebih efektif dalam mendongkrak nilai - nilai budaya kerja organisasi.
B.     Tujuan
1.      Tujuan umum :
Setelah Mengikuti pelatihan ini, peserta mampu mengembangkan budaya kerja aparatur di Satuan Kerjanya masing - masing
2.      Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu :
a.      mentransfer konsep dasar Budaya Kerja Aparatur
b.      memahami langkah – langkah penerapan program 5 S
c.      memahami penerapan nilai – nilai budaya kerja
d.      memahami penerapan Mind Setting
e.      menerapkan langkah – langkah pengembangan buadaya kerja aparatur
pada satuan kerjanya masing – masing

C.    Kurikulum pelatihan
Untuk mencapai tujuan pelatihan tersebut diatas, maka TOT pengembangan budaya kerja aparatur ini, disusun kurikulum pelatihan sebagai berikut :
NO
MATERI PELATIHAN
TAHAP

JUMLAH HARI




1.
Materi Dasar :


a.
Kebijakan penerapan Budaya Kerja Aparatur
I, II




3


2
Materi Inti :

a
Budaya Kerja Organisasi
I, II
b
Tantangan Pengembangan Budaya organisasi
I, II
d
Mind Setting dalam rangka character building Menuju Budaya Kerja baru
II
e
Organisasi Budaya Kerja
III
1
f
Identifikasi masalah Budaya Kerja Organisasi
III, IV

2
g
Penyusunan rencana kerja Budaya kerja
IV
h
pemantauan pelaksanaan Program Budaya Kerja
V
4
I
Bimbingan lapangan
VI
8
J
Evaluasi keberhasilan program Budaya kerja
VII
2


Materi Penunjang


 a
Building Learning Comitment
I

1
b
Pembukaan dan penutupan
I
c
Pre Test dan Post Test
I
d
Diskusi
I – VIII


Jumlah 

21

Keterangan :
Kegiatan per hari paling lama 4 Jam pelajaran


D.    Peserta Pelatihan
Untuk memudahkan pencapaian tujuan pelatihan ini, diharapkan peserja pelatihan memenuhi syarat :
1.      Pimpinan Organisasi setempat
2.      Pejabat struktural  Eselon III, Pejabat Eselon IV dan pimpinan kelompok kegiatan
3.      staf potensial dalam pengembangan budaya kerja organisasi

E.     Pengampu Materi
1.      Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah yang menguasai materi terkait
2.      Pejabat Struktural Biro Organisasi Kepegawaian Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

F.     Proses Pelaksanaan Diklat
Pelatihan ini dilaksanakan di tempat kerja dalam 8 tahapan meliputi :
Tahap I :   Membangun Komitmen pimpinan puncak
Pada tahap ini Widyaiswara berkunjung untuk pertama kalinya ke organisasi sasaran untuk mengadakan pertemuan dengan pejabat eselon II dan III di organisasi tersebut dengan agenda sebagai berikut :
1.      Widyaiswara menyampaikan sekilas materi Kebijakan penerapan Budaya Kerja Aparatur, Konsep Budaya kerja dan tantangan penerapan budaya kerja
2.      diskusi apakah perlu mengembangkan budaya kerja organisasi
3.      diskusi tantangan pengembangan budaya kerja organisasi
4.      sesi akhir disampaikan kuis yang bertujuan menjajaki sejauh mana tingkat komitmen pejabat eselon II dan III dalam membangun budaya kerja di organisasinya
5.      jika komitmen pejabat Eselon II dan III sudah memungkinkan yakni minimal mencapai 85 %, peserta diminta untuk membahas topik tersebut pada pejabat eselon IV dan staf di bagian nya masing – masing.
Tahap II     :   Membangun komitmen Staf
Kunjungan tahap II ini dilakukan 2 minggu setelah tahap I
Pada kunjungan ke II ini widyaiswara bertatap muka dengan pejabat eselon IV dan sebagian staf yang dipandang potensial dalam mengembangkan budaya kerja. Agenda tatap muka meliputi :
1.      Widyaiswara menyampaikan sekilas tentang Kebijakan peneran budaya kerja dan Operasionalisasi 5 S sebagai salah satu program Budaya Kerja
2.      diskusi apakah perlu meng operasionalisasikan budaya kerja organisasi di bagiannya masing - masing
3.      diskusi tantangan operasionalisasi budaya kerja organisasi di bagian / bidang
4.      Mind Setting dalam membangun komutmen staf
5.      sesi akhir disampaikan kuis yang bertujuan menjajaki sejauh mana tingkat komitmen pejabat eselon IV dan staf dalam membangun budaya kerja di organisasi di bagian / bidang
6.      jika komitmen pejabat Eselon IV dan staf sudah memungkinkan yakni minimal mencapai 85 %, peserta diminta untuk membahas pembentukan organisasi budaya kerja di bagian  bidang nya masing – masing.

Tahap III     : Pembentukan organisasi Budaya Kerja.
Kegiatan ini dilakukan 2 minggu setelah kegiatan tahap II, dengan peserta pejabat eselon III dan IV serta staf potensial dengan agenda kegiatan :
1.      penyampaian materi organisasi budaya kerja
2.      diskusi pembentukan organisasi budya kerja, dan tugas – tugasnya
3.      penyampaian materi teknik menggali masalah dan prioritas masalah budaya kerja
4.      latihan menggali masalah dan prioritas masalah.
5.      sesi akhir dari tahap III, peserta diminta untuk :
a.      menyusun konsep surat keputusan tentang pembentukan organisasi Budaya kerja dan
b.      menetapkan pejabat eselon IV dan staf yang akan di tunjuk dalam kegiatan selanjutnya (minimal 2 – 3 orang per bagian / bidang)
c.      membahas masalah budaya dan prioritas masalah budaya di lingkup kerjanya masing - masing
Tahap IV    : Identifikasi masalah budaya dan Penyusunan rencana kerja sebagai program budaya kerja di lingkup kerjanya masing – masing, dengan agenda kegiatan :
Pada tahap ini dihadiri oleh pejabat eselon IV dan staf yang ditunjuk, dengan agenda kegiatan :
1.      presentasi masalah budaya dan prioritas masalah budaya di lingkup kerjanya masing masing
2.      diskusi tentang tantangan masalah yang akan dihadapi
3.      penyampaian materi tentang penyusunan rencana kerja
4.      diskusi penyusunan rencana kerja
5.      penyajian rencana kerja

Tahap V    : pemantauan pelaksanaan
Pada tahap ini dihadiri oleh pejabat eselon IV dan staf yang ditunjuk, dengan agenda :
1.      review pelaksanaan program budaya kerja
2.      penyampaian teknik pemantauan program Budaya kerja
3.      diskusi penyusunan alat program budaya kerja
4.      penyajian hasil diskusi
5.      pada sesi akhir, peserta diminta untuk mencoba menerapkan alat pemantauan program budaya kerja

Tahap VI    :  Bimbingan lapangan
Pada tahap ini Widyaiswara langsung ke bagian – bagian / bidang – bidang, untuk menyaksikan pelaksanaan rencana yang telah disusun, dengan agenda :
1.      mereview rencana kerja yang telah disusun
2.      membahas pelaksanaan kegiatan dengan kelompok Budaya kerja setempat (masing – masing bidang / bagian)
3.      mendiskusikan kendala yang ditemukan (jika ada)
tahap bimbingan dapat dilakukan ber kali – kali kunjungan, tergantung pada tingkat penguasaan materi budaya kerja serta permasalahan yang timbul pada saat pelaksanaan program budaya kerja.

Tahap VII   : Evaluasi keberhasilan program Budaya kerja
Kegiatan evaluasi keberhasilan program budaya kerja ini dapat dilakukan dengan berbagai bentuk. Antara lain :
1.      Konvensi program budaya kerja, yang dilakukan internal organisasi, dan mengikut sertakan kelompok budaya kerja terbaik dalam konvensi program budaya kerja ke tingkat yang lebih tinggi ( tingkat Kabupaten / Kota, tingkat Provinsi dan tingkat nasional)
2.      evaluasi program dalam bentuk penilaian keberhasilan masing masing kelompok budaya kerja dan pemberian penghargaan
tahap ini sangat penting untuk memelihara semangat kelompok budaya kerja yang sudah ada dalam mengembangkan budaya kerja selanjutnya.

Tahap VIII  :  Identifikasi masalah dan Penyusunan Rencana kegiatan selanjutnya
Pada Tahap ini dapat dilakukan :
1.      memanfaatkan identifikasi masalah yang lalu dengan mengambil masalah ke 2 sebagai program budaya kerja selanjutnya, atau
2.      melakukan identifikasi ulang masalah budaya, seperti yang dilakukan pada tahap IV
Untuk lebih efektif dan efisiennya kegiatan ini, setiap kunjungan dilakukan paling lama 3 jam @ 45 menit. Sedangkan jarak kunjungan saat ini dengan kunjungan yang akan datang sebaiknya 2 minggu. Karena menurut pengalaman jika dilakukan 1 minggu, biasanya peserta belum siap, sedangkan jika dilakukan 3 minggu atau lebih, biasanya peserta justru lupa dengan agenda kegiatan tersebut.  

G.    Evaluasi keberhasilan
Keberhasilan peserta dalam mengikuti diklat ini di evaluasi melalui :
  1. keaktifan dalam mengikuti diklat berupa kehadiran peserta,
  2. keaktifan peserta dalam mengikuti materi, baik pada saat ceramah tanya jawab maupun dalam diskusi kelompok
  3. keberhasilan peserta dalam menyusun program budaya kerja
  4. keberhasilan peserta dalam melaksanakan program budaya kerja
  5. menurunnya masalah budaya kerja di lingkup kerjanya masing - masing

H.     Sertifikasi
Setiap peserta yang secara rutin mengikuti kegiatan sejak tahap I sampai dengan tahap VIII, dapat diberikan sertifikat yang di keluarkan oleh Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah.

Demikianlah Pedoman penyelenggaraan diklat Budaya kerja di tempat kerja ini dibuat untuk memudahkan pelaksanaan Pengembangan Budaya Kerja Aparatur yang dimaksud.

Semarang, 24 Januari 2011

PELATIHAN MULTIMEDIA



PELATIHAN MUTLY MEDIA


dilaksanakan Oleh :
Cita Persada InterCine Telp 024.70292949,
Customer Service : 081.22.545.222, 085 727272 504

SEKRETARIAT :
Jl. Ngesrep Timur V No. 43, Telp. 024.70.3000.25, 70292949, 70223310

Rounded Rectangle: Pelatihan Multimedia ini diselenggaragan kerja sama
 antara  Cita Persada InterCine dengan Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah, Ikatan Widyaisrawa Wilayah 
Jawa Tengah dan Pro TV









A.      PENDAHULUAN

Bagi Widyaiswara, Dosen, Guru atau Petugas Penyuluh maupun profesi lain yang terkait dengan penyampaian  materi, Jika hanya dengan ceramah saja, sudah bukan jamannya. Seiring dengan maju pesatnya teknologi informasi, maka teknologi multimedia pun ikut berkem bang. Sehingga penyampaian informasi yang sebelum nya begitu sulit, kini dapat disampaikan dengan mudah.
Bayangkan bagaimana sulitnya menyampai dahsyatnya letusan Gunung Merapi yang sesungguhnya melalui Ceramah. Tetapi dengan media film, peserta diklat, mahasiswa dan murid atau peserta penyuluhan akan dengan mudah menerima informasi tersebut, tanpa harus bercerita panjang lebar.
Apalagi jika penyampaian materi tersebut disertakan dengan Program MindJet Manager serta didukung pula oleh program Power Plug. Semua program tersebut dioperasikan ke dalam Powerpoint. Jika perlu disertakan dengan gambar – gambar yang sudah di edit dengan Photoshop. Wah.... sungguh penyampaian materi yang luar biasa menarik.


B.      MANFAAT
Dengan membuat media yang menarik, maka :
1.       bagi Widyaiswara, Dosen dan Guru, menggunakan media mengajar yang menarik selain akan memudahkan menyampaian materi yang diajarkan, juga akan memcipta kan suasana diklat atau belajar mengajar yang lebih menyenangkan dan menarik.


2.       Bagi Penyuluh menggunakan media Film yang dapat disimpan dalam bentuk CD atau File pada komputer / Laptop, bukan hanya memudahkan penyampaian informasi, tetapi juga dapat menciptakan penyuluhan yang lebih efisien.  Karena dengan menggunakan CD atau file komputer, materi penyuluhan dapat disampaikan kapan saja tanpa anda harus hadir ditempat penyuluhan. Karena CD atau file komputer dapat di puter berkali – kali dan dimana saja.


C.      TUJUAN
[Menyediakan program aplikasi yang menunjang pem- buatan media mengajar atau menyuluh,
1.       Memberikan pengetahuan dan ketrampilan membuat dan mengedit film, mengedit gambar dengan photoshop.
2.       mengoperasikan MindJet Manager dan Power Plug.
3.       menerapkan media film, MindJet Manager dan Power Plug dalam dalam bahan ajar / penyuluhan..

D.      TEMPAT DAN WAKTU PELATIHAN
1.       Tempat : Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah.
Alamat  : Jalan Setiabudi No 201 A Srondol, Semarang  Jawa Tengah.
2.       Waktu   :  seperti tercantum pada Surat Pengantar

E.      JUMLAH PESERTA
Pelatihan ini dirancang setiap angkatan maksimal hanya diikuti oleh 30 orang peserta

F.      FASILITAS
1.       Pelatihan Pilihan I : 
a.       Ruang kelas ber AC
b.       Mencapatkan software program sesuai materi diklat yang diikuti
c.       Mendapatkan modul diklat
d.       Snack dan makan siang

2.       Pelatihan Pilihan II dan III :
a.       Ruang kelas ber AC
b.       Mendapatkan software program sesuai materi diklat yang diikuti
c.       Mendapatkan modul diklat
d.       Snack dan makan selama diklat
e.       Asrama ber AC 2 orang / kamar selama diklat


G.     JENIS PELATIHAN
Pelatihan ini dilaksanakan dalam 3 pilihan, yaitu :
Pilihan I :    Pelatihan singkat yang dilaksanakan dalam 1(satu) hari dengan jadual pelatihan sebagai berikut :

Jam
Materi diklat

07.30 – 08.30
09.00 – 11.00
11.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 15.00
15.00 – 15.30
15.30 – 17.00


Pendaftaran peserta
Sekilas tentang pembuatan skenario
Editing film
ISOMA
Editing film
ISOMA
Penggunaan media flim, dalam Powerpoint

Pilihan II : Pelatihan yang dilaksanakan dalam 2(dua) hari dengan jadual pelatihan sebagai berikut :
Hari / Jam
Materi diklat

HARI I :
07.30 – 08.30
08.30 – 09.30

09.30 – 10.00
10.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
14.00 – 15.00

15.00 – 15.30
15.30 – 17.00

HARI II :
08.00 – 09.30
09.30 – 10.00
10.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
15.00 – 15.30
15.30 – 17.00



Pendaftaran peserta
Dasar – dasar editing gambar dengan photoshop
Istirahat
Teori pembuatan skenario
ISOMA
Praktek pembuatan skenario
Pengenalan alat – alat pengambilan gambar Film
ISOMA
Teknik pengambilan gambar untuk film
`

Praktek pengambilan gambar Film
Istirahat
Teori dan praktek Editing film
ISOMA
Pengenalan penggunaan Power Plug
ISOMA
Penggunaan media flim, gambar, power Plug dalam Powerpoint



Pilihan III : pelatihan yang dilaksanakan dalam 3(tiga) hari. Dengan jadual pelatihan sebagai berikut :
Hari / Jam
Materi diklat

HARI I :
07.30 – 08.30
08.30 – 09.30


09.30 – 10.00
10.00 – 12.00

12.00 – 13.00
13.00 – 15.00

15.00 – 15.30
15.30 – 17.00

HARI II :
08.00 – 09.30

09.30 – 10.00
10.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 15.00

15.00 – 15.30
15.30 – 17.00

HARI III :
08.00 – 09.30
09.30 – 10.00
10.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 15.00

15.00 – 15.30
15.30 – 17.00



Pendaftaran peserta
Dari tujuan belajar / penyuluhan menjadi ide ide gambar atau cerita dan garis besar cerita
Istirahat
Dasar – dasar editing gambar dengan photoshop
ISOMA
Praktek editing gambar dengan Photoshop
ISOMA
Teori dan praktek pembuatan skenario


Pengenalan alat – alat pengambilan gambar Film
Istirahat
Teknik pengambilan gambar untuk film ISOMA
Praktek pengambilan gambar Film
Istirahat
ISOMA
Praktek pengambilan gambar Film


Teori dan praktek Editing film
istirahat
Teori dan praktek Editing film
ISOMA
Pengenalan penggunaan mIndJet Manager dan Power Plug
ISOMA
Penggunaan media film, gambar, power Plug dan MindJet Manager dalam Powerpoint





Rounded Rectangle:  Rounded Rectangle:  
 

 

 



Untuk :
Widyaiswara, Dosen / Guru
PetugasPenyuluh dan Profesi lain
yang berhubungan dengan presentasi 










bekerja sama dengan :
Pro TV, Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah
dan Ikatan Widyaiswara Provinsi Jawa Tengah




 

Customer Service : 081.22 545 222, 085 727272 504
GPI Blok F No 3 - 4 Pudak Payung, 
Semarang Jawa Tengah

  1. PERSYARATAN PESERTA
1.       Mahir mengoperasikan komputer dengan program under Windows termasuk Powerpoint
2.       Membawa Laptop
3.       lebih disukai jika membawa Handy cam
4.       membawa pas photo 4 x 6 sebanyak 3 lembar

  1. CARA PENDAFTARAN
1.       Melalui e-mail : citapersada@yahoo.com
2.       Melalui surat yang dikirim ke Sekretariat Cita Percada InterCine
3.       Melalui Customer Service Cita Percada InterCine

  1. PEMBAYARAN BIAYA PELATIHAN :
1.       Besar biaya pelatihan tercantum pada surat pengantar yang menyertai pengiriman Brosur diklat ini.
2.       Pembayaran Biaya Pelatihan dikirimkan melalui Rekening Cita Percada InterCine :
Bank           : Bank Mandiri Cabang Srondol – Semarang, Jawa Tengah.
Nomor Rek  :
Atas Nama : Cita Sentiola Hadi
3.       Bukti Setoran harap dibawa saat pendaftaran

  1. PELATIH :
1.       Nara sumber dari Pro TV
2.       Pelatih dari Cita Persada InterCine
3.       Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah




Customer Service :
024.70.3000.25
Rounded Rectangle: PASTIKAN ANDA MENDAPAT 
KESEMPATAN MENGIKUTI DIKLAT INI

Diklat ini sangat jarang dilakukan, dan saat ini dilaksanakan hanya 3 angkatan. Untuk itu pastikan anda mendapat kesempatan mengikutinya. Jika anda berminat, segera mendaftar melalui e-mail atau ke Customer Service kami.