PERAN WIDYAISWARA DALAM PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Oleh : Syamsi Hadi, SKM, M.Kes, MBA
A. Pendahuluan
Dahulu, semua perubahan iklim berjalan secara alami. Tetapi sejak adanya Revolusi Industri, manusia mulai mengubah iklim dan lingkungan tempatnya hidup melalui tindakan-tindakan agrikultural dan industri. Sejak Revolusi Industri manusia mulai menggunakan mesin untuk mempermudah hidupnya.. Sebelumnya, manusia hanya melepas sedikit gas ke atmosfir, namun saat ini ditambah dengan pertumbuhan penduduk, penggunaan mesin seperti mobil, pabrik pembangkit listrik dan mesin lainnya yang mengeluarkan gas CO2 bertambah pesat. Kondisi ini diperparah dengan penebangan hutan untuk perkebunan, perluasan wilayah pemukiman, maupun penebangan yang bertujuan untuk mengambil hasil hutan berupa kayu. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan komposisi gas di atmosfir yang menimbulkan efek “rumah kaca” yang akhirnya menyebabkan terjadinya Pemanasan Global, yang kemudian menyebabkan perubahan dalam iklim.
Bumi yang lebih panas dapat menyebabkan perubahan siklus hujan, kenaikkan permukaan air laut, dan beragam dampak pada tanaman, kehidupan satwa liar, dan manusia. Itulah sebabnya akhir – akhir ini kita sering menyaksikan tayangan di media cetak maupun televisi tentang bencana alam seperti tanah longsor, banjir dan cuaca ekstrim berupa musim hujan atau musim panas yang berkepanjangan dan lainnya.
Pertanyaan selanjutnya yang perlu dicermati adalah bagaimana Bencana yang disebabkan efek rumah kaca tersebut akhir – akhir ini dan kecenderungannya pada masa datang ? Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak 2006 hingga 2010 menunjukkan kecenderungan jumlah kejadian bencana yang mengakibatkan kematian semakin banyak, pada 2010 memang turun menjadi 498 kejadian, dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 1.302 kejadian. Namun, kualitas bencana meningkat karena jumlah korban tewas naik dari 470 jiwa pada 2009 menjadi 1.807 jiwa pada 2010. (Kompas, 19 November 2010).
Forum Keilmuan Pemanasan Global PBB memproyeksikan bahwa tebal es yang meng-cover Greenland hanya akan mencair tipis sepanjang abad 21. Namun sebuah studi yang dipublikasikan pada tangga; 21 September 2009, pada jurnal mingguan Inggris, Nature, menunjukkan bahwa angka rata-rata kehilangan es Greenland meningkat 250 persen antara Mei 2008 dan April 2009 dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya antara April 2007 dan April 2008. Es kini hilang sekitar 249 kubik km (59,5 cu miles) per tahun - ekivalen dengan peningkatan permukaan laut global sekitar 0,5 mm (0,02 inchi) per tahun.
Berdasarkan hasil studi tersebut dapat diprediksi Kejadian bencana pada masa datang tergantung pada bagaimana upaya perbaikan kualitas lingkungan yang dapat menurunkan efek rumah kaca tersebut.
B. Permasalahan
Perubahan iklim global tersebut merupakan malapetaka yang lebih dahsyat pada masa mendatang, jika perubahan iklim tidak segera diatasi! sebagian dari akibat pemanasan global ini - yaitu dengan mencairnya tudung es di kutub, meningkatnya suhu lautan, kekeringan yang berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir besar-besaran, coral bleaching dan gelombang badai besar.
Siapa yang akan terkena dampak paling besar dari efek rumah kaca tersebut? tidak lain penduduk yang bermukim di Wilayah pesisir pantai, Wilayah kepulauan, dan daerah yang kurang berkembang seperti Indonesia dan termasuk kita yang berada di Jawa Tengah yang padat penduduk.
Permasalahannya apa yang dapat kita lakukan dan apa peran kita, termasuk Widyaiswara yang mempunyai tugas pokok dan fungsi mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS pada unit Diklat instansi masing-masing serta melaksanakan kegiatan pengembangan profesi, termasuk didalammya melakukan penelitian.
C. Beberapa penyebab perubahan iklim
Bumi telah menjadi lebih panas sebagian karena efek rumah kaca yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah gas-gas rumah kaca (GRK) di atmosfir yang menyebabkan energi panas yang seharusnya dilepas ke luar atmosfir bumi dipantulkan kembali ke permukaan dan menyebabkan temperatur permukaan bumi menjadi lebih panas. Ada beberapa Gas Rumah Kaca (GRK). Yang termasuk diantaranya adalah : Karbon Dioksida (CO2), Nitro-Oksida (NO2), dan Metana (CH4). Dan celakanya gas tersebut diproduksi akibat aktivitas manusia seperti Nonton TV, Memasang AC, Menyalakan Lampu, Menggunakan Pengering Rambut, Mengendarai Mobil, Bermain Video Game, Menyalakan Radio, Mencuci atau Mengeringkan Pakaian dengan Mesin, Menggunakan Microwave / Oven dan aktivitas lainnya yang memproduksi GRK. Apalagi produksi GRK tersebut berbanding terbalik dengan perambahan hutan, yang selama ini dikenal sebagai netralisator GRK.
D. Upaya penanggulangan
Pada umumnya permasalahan yang terjadi dapat diatasi dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Menerapkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan seperti mengendalian emisi gas buangan kendaraan dan pabrik, menggunakan AC non CFC, dan mengurangi penggunaan alat elektronik lainnya yang memproduksi GRK, dan pengelolaan sumber daya alam baik yang dapat maupun yang tidak dapat diperbaharui dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampungnya.
2. Mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan sumber daya alam melaluo penegakan hukum secara adil, konsisten dan tegas.
3. Memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
4. Penetapan konservasi yang baru dengan memelihara keragaman konservasi yang sudah ada sebelumnya.
5. Mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan perubahan iklim global.
Untuk itu pemerintah telah pula mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2008 tentang Dewan Nasional Perubahan Iklim yang bertugas mulai dari merumuskan kekijakan nasional, strategi, program dan kegiatan pengendalian perubahan iklim; mengkoordinasikan kegiatan dalam pelaksanaan tugas pengendalian perubahan iklim yang meliputi kegiatan adaptasi, mitigasi, alih teknologi dan pendanaan; melaksanakan pemantauan dan evaluasi implementasi kebijakan, tentang pengendalian perubahan iklim.
Dengan demikian diharapkan melalui Dewan Nasional Perubahan Iklim ini terciptanya koordinasi upaya penurunan efek rumah kaca, yang melibatkan semua unsur yang terkait baik pemerintah, swasta dan masyarakat. Termasuk Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah yang didalamnya terdapat Widyaiswara.
E. Peran Widyaiswara
1. Widyaiswara sebagai pendidik (Pelatih)
a. Penyebarluas Informasi
Widyaiswara yang sehari – harinya bertugas sebagai pendidik / pelatih selalu berhadapan dengan peserta latih mulai dari Calon Pegawai Negeri, Pejabat Eselon IV hingga Eselon II, dalam penanggulangan perubahan iklim mempunyai peran yang strategis. Melalui kegiatan proses pembelajaran Widyaiswara dapat menyampaikan pesan – pesan tentang upaya penanggulanan perubahan dalam bentuk materi diklat, maupun topik diskusi tentang :
1) penggunaan teknologi yang ramah lingkungan seperti mengendalian emisi gas buangan kendaraan dan pabrik, menggunakan AC non CFC, dan mengurangi penggunaan alat elektronik lainnya yang memproduksi GRK, dan pengelolaan sumber daya alam baik yang dapat maupun yang tidak dapat diperbaharui dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung alam
2) pencemaran lingkungan dan kerusakan sumber daya alam
3) Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara rasional dan berwawasan kedepan
4) Pemberdayaan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan perubahan iklim global
Melalui kegiatan ini Widyaiswara dapat menambah pengetahuan, mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku peserta diklat dalam ikut menanggulangi perubahan iklim. Bayangkan jika materi ini disampaikan pada peserta diklat Kepemimpinan Tingkat II, III dan IV, yang notabene semua pejabat eselon tersebut harus digodog di Badan Diklat, dampak penyebarluasan informasinya akan begitu cepat sampai pada instansi pemerintah di Jawa Tengah. Sehingga diharapkan akan timbul peran serta pejabat Instansi Pemerintah Daerah di Lingkungan Jawa Tengah dalam upaya penanggulangan perubahan iklim baik berupa kebijakan maupun operasionalisasi kegiatan penanggulangan iklim.
b. Perancang diklat
Sebagai perancang diklat Widyaiswara dapat membuat rancangan diklat tentang lingkungan hidup yang bertujuan untuk mengurangi penyebab perubahan iklim, baik diklat yang bertujuan untuk penyusunan kebijakan pembangunan, maupun diklat yang bersifat operasionalisasi penanggulangan iklim
2. Widyaiswara sebagai peneliti
Sebagai Peneliti, Widyaiswara dapat melakukan penelitian tentang perubahan iklim yang erat hubungannya dengan kebijakan pejabat pemerintah maupun kajian tentang sebab – sebab perubahan iklim yang dapat menjadi masukan dalam penyelenggaraan kepemerintahan dibifang pengelolaan lingkungan hidup.
3. Widyaiswara sebagai Mental Model
Sebagai pendidik, Widyaiswara tidak terlepas menjadi contoh atau mental model bagi Peserta Diklat. Untuk itu perilaku Widyaiswara tentang penanggulangan perubahan iklim secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku peserta diklat, Misalnya mengurangi penggunaan listrik seperti mematikan lampu yang tidak begitu diperlukan, mematikan LCD pada saat tidak diperlukan, mematikan AC pada saat jam istirahat dan lain sebagainya,
F. Simpulan
Perubahan iklim merupakan dampak ulah manusia yang kurang peduli terhadap lingkungan. Akibatnya akan timbul bencana alam beerupa banjir, tanah longsor, naiknya permukaan air laut musim hujan atau musim panas yang terus menerus dan lain sebagainya. Jika umat mausia tidak ingin bencana tersebut terulang dan bahkan kian dahsyat, maka manusia perlu ikut serta dalam penanggulangan perubahan iklim tersebut termasuk Widyaiswara.
Widyaiswara dapat ikut dalam penganggulangan masalah ini, sebagai pendidik / pelatih, dapat menjadi sumber informasi tentang perubahan iklim dan dapat pula sebagai perancang diklat tentang penanggulangan perubahan iklim tersebut. Sebagai peneliti Widyaiswara dapat melakukan kajian tentang perubahan iklim yang erat hubungannya dengan kebijakan pejabat pemerintah daerah; dan sebagai mental model widyaiswara dapat sebagai contoh bagi peserta diklat dalam upaya penanggulangan perubahan iklim ini.
Jika setiap orang peduli terhadap perubahan iklim, maka ia dapat berperan sesuai dengan tugas pekerjaannya masing – masing. Semoga kita peduli terhadap masalah ini, sehingga bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim ini tiada lagi pada masa mendatang, Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar